khairilnst

Puncak Sunan Ibu Dan Rama Gunung Patuha


08 February 2024

Sekitar pukul delapan pagi kami perlahan meninggalkan basecamp gunung Patuha via Desa Cipanganten —saat belum ditutup permanen—. Pohon-pohon yang menjulang tinggi dan kebun strawberry yang terhampar mengawali pendakian kami kali ini. Trek sedikit basah setelah diguyur hujan.

Kali ini kami melakukan pendakian beranggotakan empat orang ditambah seorang pendaki 'bocil' yang membuat seru perjalanan dengan celotehannya. Walau terkadang harus digendong oleh ayahnya saat treknya tidak memungkinkan.

Langit sangat cerah walau terkadang kabut datang sesekali. Setelah selesai keluar dari perkebunan warga, jalur berubah menjadi hamparan kebun teh yang sangat luas. Kebun hijau dengan langit yang biru. Kami melipir di pinggir kebun teh menyusuri trek yang cukup menanjak. Di area ini terdapat warung yang tak luput kami kunjungi untuk sekedar istirahat dan mengisi energi dengan bala-bala hangatnya.

Kurang lebih satu setengah jam kami sampai di Puncak Sunan Ibu. Kawah putih tampak indah terlihat dari atas ketinggian sekitar 2300-an mdpl. Orang-orang silih berganti memotret dari berbagai sisi, merayakan keberhasilannya berjuang mendaki sampai puncak. Jika ingin mendaki lebih singkat kita bisa juga mendaki lewat area wisata Kawah Putih. Untuk sampai ke Puncak Sunan Ibu ini mungkin hanya sekitar 15 menit dengan jalan yang sudah ditata pengelola.

Kami istirahat sambil menikmati pemandangan kawah dengan latar barisan pegunungan yang tampak jelas di kejauhan. Langit biru yang cerah dengan awan yang tipis-tipis membuat pemandangan semakin menakjubkan. Masya Allah.

Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju puncak utama, namun saya hanya berdua melanjutkan ke puncak utama Gunung Patuha atau disebut Puncak Rama dengan ketinggian 2434 mdpl. Sedangkan 'bocil' dan anggota lain memutuskan untuk beristirahat saja di Puncak Sunan Ibu sambil menunggu kami pulang dari puncak Rama.

Kurang lebih 40 menit dari Sunan Ibu kami akhirnya sampai di puncak, dengan trek hutan yang cukup terbuka dengan kemiringan yang cukup memanaskan dengkul. Keputusan bocil ga ikut ke puncak utama ini sangat tepat, karena tanjakannya cukup curam yang membuat nafas kami pun cukup kencang dibuatnya. Di puncak Rama pemandangan agak tertutup karena dikelilingi oleh pepohonan yang cukup rindang. Kita harus sedikit mengintip di celah-celah pepohonan untuk melihat pemandangan ke area bawah.

Setelah cukup mendokumentasikan puncak, tak lama kami pun turun kembali ke Sunan Ibu dan turun ke area perkebunan teh untuk istirahat makan siang bersama. Flysheet dibentangkan, hammock dipasang juga sebagai area bermain sang bocil. Perbekalan yang sudah kami persiapkan dari rumah dikeluarkan dan kami sedikit memasak di area hutan yang bersebelahan dengan kebun teh. Area ini cukup luas dan biasa digunakan pendaki untuk nge-camp —namun sekarang sudah tidak diperbolehkan lagi—. 

Sekitar pukul dua belas kami beres-beres untuk kemudian segera turun gunung. Kabut mulai menutupi sebagian area ini dengan sedikit rintik airnya menggantikan langit biru yang tadi cerah.

Kami sampai basecamp kembali dengan selamat, dan melanjutkan pulang ke rumah setelah istirahat dan shalat di masjid depan basecamp.

Walhamdulillah.

back to home


2025 © khairilnst.com    khairilnst